Pustakamawar

Melanglang Imajinasi, Menebar Benih bagi Generasi

Friday, October 13, 2006

SHODAQOH

Dua musim haji yang lampau. Saya berniat untuk daftar jalur ONH biasa. Ada sedikit rezeki yang cukup untuk daftar. Saat akan daftar, tetangga sebelah sekolah jual tanah. Dia seorang janda tak punya keturunan. Usianya udah 50-an. Dia bilang jual tanah untuk membiayai hidup. Yaaa, akhirnya sebagian dari dana ONH biasa itu kurelakan untuk menerima tawaran 'mbok rondo'.

Sisa dana di dompet tinggal 15 jt. Dua pekan setelahnya, saya pulang kampung di desa. Kedua orang tuaku bilang, bahwa mereka telah mendaftarkan diri untuk haji jalur ONH biasa. Saya diajak untuk menemaninya. "Mohon maaf, uang udah jadi tanah" demikian saya harus nyampaikan ke kedua orang tua saya. "Saya belum dapat daftar tahun ini. Belum dapat menemani panjenengan. Setelah itu saya tak bertanya lagi mengenai informasi haji. Karena memang udah tak punya dana.

Menjelang pelunasan ONH, kedua orang tua saya nyampaikan kekurangan dana untuk nutup pelunasan sebesar 7.5 jt. Dana yang semestinya untuk pelunasan itu masih dipakai keluarga lainnya. Akhirnya hari itu juga saya transfer semua kebutuhan dan kekurangannya. Dan setelah itu saya ndak ada uneg-uneg untuk bertanya informasi haji.

Pada bulan Nopember tanggal 22-25, saya diajak menemani murobbi ke Jakarta. Saat sedang santai, beliau bilang ada kesempatan haji dengan biaya sangat murah. Jika mau, maka sepulang dari Jakarta kamu urus semua keperluan. "Insya Allah" jawabku. Kemudian beliau melanjutkan pesan, "ndak perlu disampaikan dulu pada temanmu atau keluargamu. Karena belum tentu dapat berangkat".

Ketika tanggal 2 Desember ngurus paspor saya bilang ke keluarga supaya punya barangkali nanti dibutuhkan. Satu hari paspor selesai dengan cara 'nembak'. Kemudian semua dokumen saya titipkan teman yang tiap hari senin pergi Jakarta. Teman saya ini kerja di lingkungan depdiknas sebagai konsultan. Teman saya juga ndak tahu isi dokumen tersebut. Saya hanya bilang, Insya Allah nanti akan diambil teman di kantor jenengan. Semua udah terkirim walau masih ada kendala dokumentasi. Ada yang harus diperbarui. Saya tenang saja dan tak mikir berangkat atau tidak. Karena memang saya hanya mengeluarkan dana buat paspor thok senilai 600 ribu, tidak lebih dari itu. Saat itu kolter pemberangkatan ONH biasa sudah berjalan. Pikiran saya, mana mungkin saya dapat berangkat.

Akhir bulan Desember, temannya Murobbi nelpon saya. "Mohon siapkan diri karena visa udah diurus. Dan siapkan dana untuk biaya visa dan biaya pesat". Kemudian 2 hari berikutnya pihak PT yang mengurus meminta saya transfer dana. Semua dana untuk biaya visa dan biaya pesawat saya transfer melalu bank bumi daya. Seingat saya saat 12.5 jt.

Benar-benar luar biasa, pada tanggal 5 Januari ada kepastian, bahwa saya dapat berangkat. Pada tanggal 5 itu pula di rumah orang tua saya sedang ada tasyakuran pemberangkat haji untuk kedua orang tua. Semua keluarga dan tetangga berkumpul. Ada pengajian segala. Saya belum berani nyampaikan kepastian keberangkatan saya. Kemudian saya dapat sms dari murobbi, isinya: "kabarkan keberangkatanmu ke teman-temanmu dan mintalah do'a agar berkah".

Karena mendadak dan tak ada yang tahu semua proses, maka semua teman kaget dan tak percaya. Saya seharusnya berangkat tanggal 10 Januari tetapi diundur menjadi tanggal 11 Januari. Kebetulan saat itu satu rombongan dengan Kyai Quraisy Syihab, Artis terkenal Krisdayanti dan suaminya. Dan yang lebih bahagia, saya bertemu dan bersama dengan teman lama saya, Mas Fathul Hidayat. Sesampai di Jeddah sudah ada orang yang nunggu rombongan kita. Kita langsung dinaikkan taxsi menuju hotel pas depan Masjidil Harom. Mungkinkah semua itu karena shodaqoh saya ke kedua orang tua?

Akhirnya kami dapat bertemu di Mekkah. Jazakumullah semua ikhwan yang telah melancarkan ibadah rukun kelima ini.

30 Agustus 2006

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home