Pustakamawar

Melanglang Imajinasi, Menebar Benih bagi Generasi

Friday, October 13, 2006

Memilih Sekolah; Menjaga Kefitrohan Anak

Tiba-tiba ada seorang ibu sambil menggandeng tangan anaknya mendatangi panitia pendaftaran sekolah kami. "Mengapa ibu menyeret putra ibu dan memaksakan diri agar dapat masuk sekolah kami", tanyaku. Secara spontan dia menjawab, saya ingin mendapatkan anak dengan otak genius. Saya harus memilihkan sekolah terbaik. Karena kata tetangga saya sekolah ini terbaik. Saya tidak ingin anak saya bergaul dengan anak yang otaknya jongkok. Anak saya nanti biar jadi orang berhasil.

Ibu yang saya temui tadi telah menempatkan sekolah sebagai pabrik pemoles. Sekolah pencipta dan penghasil otak genius. Ibu tadi berkeyakinan bahwa anak genius akan dapat menguasai dunia. Kesuksesan akan digenggamnya. anaknya akan menjadi manusia super yang memiliki segala keinginannya. Dan mohon maaf, Ibu tadi meletakkan persepsi anak-anak yang memiliki otak jongkok (baca: bodoh) akan gagal. Anak tersebut akan mendapatkan hinaan terus menerus dari lingkungannya. Bahkan tersingkir dari kehidupan. Masa depannya suram. Dunia menjadi hitam kelam. Tiada nur cahaya kesuksesan. Kemiskinan. Kebodohan. Keterbelangan. Kerendahan. Telah menantinya.

Mengambil tuntunan dari Rasulullah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori "Setiap bayi dilahirkan dalam kefitrohan. Terserah Ayah Ibunya dia akan dibesarkan (dididik) menjadi Majusi, Nasrani atau Yahudi "
Maka kita dapat simpulkan ada faktor lingkunan yang berpengaruh pembentukkan sumber daya manusia (human resources). Menurut konsep Nabi setelah proses kelahiran maka terjadilah proses pendidikan yang dilaksanakan oleh orang tuanya (Family Based Education) atau pendidikan berbasis keluarga. Seorang anak dapat berbicara adalah jasa besar seorang maha guru, yaitu ayah dan ibu. Demikian pula seorang anak dapat mengetahui tata krama, norma-norma kehidupan, dan bahkan seorang anak memiliki kesiapan dalam memasuki bangku sekolah juga jasa guru utama dan pertama, ayah dan ibu. Karena itu pilar ketahanan mental dan pendidikan anak dimulai dari rumah. Orang tua setiap waktu dan kesempatan selalu hadlir di hadapan anak-anak menjadi model, yaitu uswah kebaikan ataupun kejahatan. Para orang tua tidak pernah mampu menyembunyikan diri dari pandangan, dan pengawasan anak-anaknya.

Fitroh yang telah diterimakan oleh Allah Ta'ala kepada setiap bayi harus dijaga, dipelihara, dididik dan dibina agar tidak layu, hangus, hilang dan pudar digrogoti oleh pendidikan lingkungan masyarakat ( Community Based Education ) yang saat ini sulit dikontrol dan cenderung tidak menguntungkan untuk investasi akhirat. Peran masyarakat dalam mengubah prilaku kefitrohan amat cepat dan dasyat. Dalam kondisi seperti ini, apa yang dapat dilakukan para orang tua untuk menjaga kefitrohan anak?
Langkah terefektif adalah memilihkan lingkungan pergaulan yang terbaik baik lingkungan rumah, masyarakat ataupun sekolah. Sekarang telah dikembangkan model sekolah yang mampu menjaga dan melindungi kefitrohan anak. Model sekolah ini adalah dengan mengintregrasikan (memadukan) kurikulum dan aktifitas dengan nilai-nilai Islam.

Memadukan kurikulum maknanya adalah memasukkan nilai-nilai Islam dalam setiap materi pembelajaran. Di Play Group misalnya saat mengenalkan air, dimasukkan nilai-nilai keislaman semisal siapa yang menciptakan air, fungsi air untuk wudlu, mandi, minum, pertanian dan lain-lainnya. Kemudian diajak bersyukur atas karunia air yang diterima setiap hari. Demikian pula saat pengenalan materi lainnya. Sedangkan yang dimaksud memadukan atifitas adalah semua aktifitas (bermain, makan, belajar, dan lainnya ) diberi nilai-nilai keislaman. Sekolah modal baru ini juga menerapkan leaning by doing, dan aktive learning. Pendekatannya individu, dan pendampingan (sistem murobbi). Targetnya bukan hasil namun proses.

Dalam mendidik dengan menjaga kefitrohan anak tidak memfokuskan pengembangan otak, namun lebih mengembangkan kepribadian diri. Hal ini dikarenakan kepribadian lebih bermakna dibanding hanya sekedar otak saja. Karena itu Islam memilih konsep berkepribadian sholeh lebih utama. Mendidik kefitrohan anak berarti memberi makna mendidik adalah ibadah. Hasilnya adalah perilaku sholeh dengan langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang hanif dengan pola pemikiran tauhidi (intregralistik) serta bersifat hanya menyembah kepada Allah.
Sungguh Allah Ta'ala telah memberi kelengkapan yang amat sempurna pada diri manusia agar dapat didayagunakan dan diberdayakan untuk tugas kholifatullah fil ard, sebagai pemimpin, pewaris dan pemakmur bumi. Prinsip mndidik pada dasarnya adlah bagaimana kita mengenali diri kita dan orang lain. Memberi kebermaknaan pada diri sendiri untuk sosial dan spitual.

Sungguh kefitrohan anak harus dijaga oleh ayah dan ibunya masing-masing akan agar tidak terjerumus kebobrokkan lingkungan. Sungguh saat ini yang kita saksikan adalah promosi kejahatan, promosi kebrutalan, kemaksiatan dan kebejatan moral yang ditayangkan di TV-TV rumah kita. Jika kita tidak mau segera tampil membentengi, lambat laun kefitrohan akan sirna menjadi kegelapan. Marilah mendidik kefitrohan anak. Karena mendidik itu menjaga, memelihara dan mengembangkan fitroh kesucian manusia. Anak kita. Kita ukir model apa?

01 September 2006

1 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home